Minggu, 06 Mei 2012

Bicycle


Dinda: "Cariin carter kalo bisa, mobil pick up"

Malam itu (atau sore itu?) sekitar habis sholat maghrib aku lihat BB kedip-kedip. Ada apa ya? batinku. Ternyata ada notification dari whatsapp group dengan pesan seperti yang sudah tertulis di atas.

Dea: "Gimana caranya udah jam segini"
Dinda: "Alamat aku ngayuh dari Pasar Besar ke kos"
Dea: "Gak bisa minta anter ta?"
Dinda: "Udah malem, gak ada orang yang nganter. Atau ngayuhnya maraton, ayo ayo"
Mega: "Onni di mana sekarang?"
Dinda: "Di pasar besar. Tau toko polygon? Sebelahnya pas"
Mega: "Ya udah aku kesana"
Dea: "Lapo iki rek?"
Dinda: "Ayo De kesini, gantian ngayuh sepeda"
Mega: "Asal aku gak di rumah gak papa lah, aku males"
Dinda: "Asik sepedaan malming"

Aku masih bungkam membaca percakapan itu. Bukannya tidak peduli, tapi pikiranku saat itu masih terbagi dengan sesuatu yang tidak mengenakkan dan baru kerasa sangat menyakitkan malam itu. Setelah bengong mengikuti percakapan beberapa saat aku pun menimpali, "Apa aku datang juga? Mumpung deket dari tempatku."
"Gapapa ta? Gak malah jauh?"
"Gapapa. Aku berangkat sekarang ya."

Tanpa menunggu lama aku tutup semua tab internet yang sedang aku buka dan mematikan laptop. Setelah ganti baju dan mengambil hape serta dompet aku pun berangkat menuju lokasi.

Sampai di sana rupanya Dinda sudah pergi. Katanya sekarang dia sedang menunggu di daerah Balai Kota. Aku masih berputar-putar di sekitar kota lama. Bukannya apa, di sana memang banyak jalan satu arah yang agak merepotkan. Motor aku belokkan menuju Balai Kota.

Di Balai Kota tampak sepi. Kemana lagi anak ini? pikirku. Aku cek lagi whatsapp, sudah ada update terbaru kalau Dinda pindah ke daerah pasar bunga. Dan posisiku tidak memungkinkan untuk putar balik, apalagi saat itu malam minggu dan lalu lintas cukup ramai. Jadi lah aku nyari jalan muter sampai ke Kayutangan sana.

Akhirnya berhasil juga ketemu Dinda di depan masjid dekat pasar bunga. Dia naik sepeda barunya ditemani sepupunya yang naik motor.

"Onni!!! Akhirnya datang juga! Aku capek ngayuh ni.."
"Mau langsung aku gantikan sekarang?"
"Iya deh. Ini sekarang Dea nunggu di Lai Lai. Kita berhenti di sana aja ya, onn."

Mulai lah diriku naik sepeda, sementara motorku dikendarai Dinda. Ini bukan pertama kalinya aku naik sepeda di jalan raya yang ramai. Dulu aku pernah naik sepeda sampai Ijen sendirian. Tapi jelas suasana kali ini berbeda. Ini malam hari dan malam minggu (oke, terus kenapa?). Bersepeda malam hari memang ada sensasi tersendiri, terutama di jalan raya.

Sampai di Lai Lai kami tidak berhasil menemukan keberadaan Dea. Sementara posisi Lai Lai yang berada di pojokan membuat kami diserang banyak kendaraan dari berbagai sisi.

"Lanjut aja deh, onn. Kita nunggu di stadion aja."

Oke deh, ngayuh lagi kali ini sampai stadion. Bener-bener jomblo ngenes; malam minggu mancal sepeda baru ditemani cewek-cewek. I'll remember this moment for sure. XD

Sesampai di stadion bala bantuan mulai berdatangan. Dea dan Mega datang bawa motor masing-masing. Mereka berebut mau naik sepeda. Akhirnya Mega yang mendominasi.

"Aku bawa sepedanya sampai kos langsung," kata Mega.
"Serius, Meg? Jauh lho"
"Biarin. Aku lagi pingin mancal."

Yah, kalau memang itu permintaannya mau gimana lagi. Kami cuma bisa mendampingi di sekitar Mega biar dia aman selama perjalanan. Kos Dinda di sekitar Taman Makam Pahlawan dan jaraknya kalau naik sepeda motor dari stadion sekitar 10 menit. Cukup jauh (dan capek tentunya) kalau ditempuh dengan sepeda pancal.

Tapi kulihat Mega penuh semangat memancal sepeda itu. Err...sebenarnya bukan penuh semangat sih, tapi penuh amarah. Aku nggak tau apa yang sudah terjadi, tapi keliatan kalau Mega sedang emosi dan ingin meluapkannya dengan bersepeda. Mungkin.

Setelah perjalanan panjang sampai juga kami semua di kos Dinda. Air putih sudah disiapkan untuk menyambut kami, terutama Mega, yang mancal paling lama. Kami istirahat sebentar di depan kos sambil mengobrol.

Dari situ aku mengamati, kami sekarang berkumpul di sini dengan alasan yang berbeda-beda. Dinda sengaja beli sepeda malam minggu agar besok bisa langsung dipakai ke Car Free Day. Dea batal nonton konser malam itu sehingga mencari acara lain. Mega sedang suntuk dan tidak ingin di rumah seharian. Dan aku...yah, aku sedang ada masalah yang sekilas terlupakan setelah mancal beberapa saat tadi.

Apapun alasannya, yang penting malam itu kami bersenang-senang. Melupakan masalah yang ada. Terutama aku, untuk sesaat pikiranku terdistraksi terhadap hal lain. Semua berkat sebuah sepeda pancal.

Mungkin ini saatnya aku memperbaiki sepeda pancalku. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar