Sabtu, 20 Oktober 2012

Promise




Selesai baca twitku? Apa yang ada dalam pikiranmu?

Kalau kamu berharap ada suatu kisah mengharukan yang dianalogikan dengan hidup, maka silahkan kecewa sekarang juga karena cerita ini sama sekali tidak menarik. Lalu kenapa ditulis? Karena aku sedang nganggur dan menunggu ngantuk.

Kids, dari sekarang aku perlu menyampaikan bahwa suatu saat nanti kita semua yang kuliah bakal menghadapi kegalauan tentang skripsi. Tapi ada satu hal yang ingin aku tekankan. Kids, segalau apapun kamu, jangan pernah bikin perjanjian aneh-aneh, baik terhadap dirimu maupun terhadap siapapun itu. True story.

And everytime I wrote “true story”, I meant it. Literally.

Dulu saat semester enam, aku dan temanku mengalami kegalauan besar gara-gara skripsi. Saat itu kami luntang-lantung nggak jelas memikirkan nasib skripsi kami di sebuah gazebo kampus yang dikelilingi oleh kolam ikan. Kami termenung, saling menumpahkan uneg-uneg tentang skripsi, namun tidak berusaha mencari penyelesaian. Kami mengalihkan perhatian kami dan melihat ikan-ikan di sekitar kami berenang bahagia seolah mengejek kami, “hei, kami ikan nggak perlu skripsi lho!”

Kids, terkadang stres dan galau karena skripsi bisa membuatmu berhalusinasi, karena itu jangan pernah percaya pada apa yang muncul di pikiranmu saat galau. Karena saat itu yang aku dan temanku pikirkan hanya satu; memancing ikan-ikan yang ‘mengejek’ kami saat itu dan menggorengnya suatu hari nanti sebelum kami benar-benar lulus dan meninggalkan kampus.

You got the point? Kami membuat perjanjian untuk memancing ikan di kolam kampus.

Lalu waktu berlalu cukup lama, kids, dan berbagai upacara kelulusan telah kami lewati. Yudisium, sumpah, dan akhirnya H-1 wisuda. Itu berarti waktuku untuk berada di kampus sudah hampir habis. Dan janji itu belum terpenuhi. Karena merasa tidak ada waktu lagi, maka tepat H-1 wisuda yaitu kemarin, pagi hari, aku dan temanku datang ke kampus membawa...ehm, jala.

Iya, jala. Kecil kok, muat dimasukin ke tas.

Jam 9 pagi. Saat itu kampus belum terlalu rame. Kami sudah siap di gazebo membawa jala kecil di pinggir kolam. Kami sempat khawatir bakal ditegur sama tukang kebun atau tukang lainnya yang seliweran. Tapi tiap mereka melihat kami paling mereka cuma tanya, “Ngapain?” dan kami jawab, “Nyoba ngambil ikan” dan akan ditanggapi oleh mereka, “Oh. Ati-ati ya.” Mungkin mereka tau niat kami baik; cuma mau nyoba menjala ikan dan mengembalikannya lagi saat sudah ketangkep. Ya, dan memang itu tujuannya. Kami sudah nggak terpikir untuk menggorengnya. Lagian buat apa?

Kolam kampus ini punya banyak sekali ikan, kids. Tapi yang tidak kalian ketahui adalah ikan-ikan ini sebenarnya makhluk yang cerdas. Mereka bisa menyadari bahaya yang datang. Buktinya begitu aku dan temanku mendekat, ikan-ikan ini akan langsung berenang menjauh. Bahkan setelah beberapa lama, ikan-ikan ini akan langsung menjauh begitu tau kami berdiri dari kursi yang jaraknya beberapa meter dari kolam. Ckckck.

Tentu saja banyak ikan di kolam tidak menjamin kamu akan dengan mudah mendapatkan mereka, kids. Banyak faktor yang berperan dalam mengambil ikan, beberapa di antaranya adalah panjang jala, strategi yang matang, dan tentunya mental yang kuat karena kami sempat diliatin sama adik kelas. Lucky they didn’t recognize us as their seniors who already become doctors.

Setelah perjuangan menangkap ikan selama lebih kurang 45 menit kami pun menyerah. Tidak, kids, 45 menit bukan waktu yang singkat. Silahkan bayangkan sendiri kalau kalian jadi aku dan temanku, dua orang cewek di pinggir kolam bawa jala kecil berusaha menangkap ikan dan diliatin adik kelas plus diketawain tukang yang lewat. Bisa dibayangkan kan? Oke, 45 menit serasa 45 jam.

In the end, we didn’t get any fish at all. Mungkin Tuhan tau kalau salah satu dari ikan itu sempat tertangkap maka akan berdampak besar pada psikologisnya suatu hari nanti karena bisa jadi ia akan diejek teman-temannya, “Bego banget sih kamu, masa jala kecil gitu aja bisa ketangkep”.

Mungkin, kids, mungkin. Tidak ada salahnya kita berbaik sangka.

Karena itu, kids, jangan pernah percaya dengan ungkapan “tenang, masih banyak ikan di laut”. Ingat, kids, banyak ikan bukan berarti kamu pasti bisa menangkap salah satu dari mereka. Mungkin bisa, tapi tidak dalam waktu 45 menit.

Sekian dan selamat atas kelulusannya.

Rabu, 17 Oktober 2012

Final whistle


Kids, last night's football match really left big impression for me. It was between 2 great team in Europe, Spain vs France.

I'm sure you still remember your aunt Ika who loves football so much. One day your aunt Ika told me her most favorite life quote from her favorite sport. Here it is:

Never give up until the final whistle

And you know, kids, last night's match suited well with this quote. Literally.

Being in the same group with the exact same score made Spain and France competed really hard to win that time. Spain, as the winner of Euro 2008, World Cup 2010, and Euro 2012, of course being the one that favored. And it was clearly seen Spain dominated the game, even they scored the goal first in the first half. Casillas, Spain goalkeeper, only touched the ball once.

In the second half, France stepped up their attacks. Being left 0-1 by Spain made France tried hard to score the goal. But still the favored one proved their great defend.

It went to the injury time of second half. They had extra 3 minutes and the score still 1-0 for Spain. I was thinking of sleeping because the 3 minutes wouldn't change anything because Spain apparently still could played well though somewhat was overwhelmed with France's attack.

But, kids, something hold me not to leave my place until injury time ended. One of the France player scored the goal exactly on the last minute before the final whistle was blew. 1-1 for France.

It was the last minute, kids, and France did well to change the score from 0-1 to draw 1-1.

Of course I was disappointed because they score a draw, but how the France struggled was admirable. They didn't give up until the final whistle, like what your aunt Ika told me.

What would be happened if France lost? They would have to compete against other groups's runner-ups in order to qualify to the next step. And Spain, of course would be easier to qualify to the next step.

So, kids, here what I wanted to tell you; whatever happened to your life, never ever give up until the final whistle, just like what France did.

True story.

Selasa, 16 Oktober 2012

Clueless


Sometimes people dramatize their own life just because what run in their mind.
True story.